Faktor-Faktor Internal Yang Menyebabkan Kenakalan Remaja
Menurut Willis (2012), terdapat empat faktor dalam diri yang dapat menyebabkan kenakalan remaja. Berikut ini adalah rincian dari setiap faktor beserta contoh dan implikasinya:
1. Predisposing Faktor
Predisposing faktor adalah faktor yang memberikan kecenderungan tertentu terhadap perilaku remaja. Faktor ini dapat berupa kondisi bawaan sejak lahir atau kejadian-kejadian tertentu yang terjadi pada saat kelahiran. Contoh dari faktor ini adalah birth injury, yaitu luka di kepala yang terjadi saat bayi ditarik dari perut ibu selama proses persalinan. Trauma fisik ini dapat mempengaruhi perkembangan otak dan perilaku anak di kemudian hari. Selain itu, kelainan jiwa seperti skizofrenia juga termasuk dalam kategori ini. Skizofrenia adalah gangguan mental serius yang dapat mengganggu cara berpikir, merasakan, dan berperilaku. Remaja dengan kelainan ini mungkin mengalami halusinasi, delusi, dan pemikiran yang kacau, yang semuanya dapat berkontribusi pada perilaku kenakalan. Faktor-faktor predisposisi ini seringkali di luar kendali individu dan keluarga, namun mereka dapat memberikan kerentanan tertentu terhadap kenakalan. Oleh karena itu, deteksi dini dan intervensi medis yang tepat sangat penting untuk meminimalkan dampak negatifnya.
2. Lemahnya Pertahanan Diri
Lemahnya pertahanan diri mengacu pada kondisi di mana remaja tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk melindungi dirinya sendiri dari pengaruh-pengaruh negatif. Misalnya, remaja yang mudah terpengaruh oleh teman-teman sebayanya yang memiliki kebiasaan buruk, seperti merokok, mengonsumsi alkohol, atau menggunakan narkoba. Ketika seorang remaja tidak mampu menolak ajakan tersebut, mereka cenderung mengikuti perilaku negatif tersebut. Ketidakmampuan dalam mempertahankan diri ini membuat remaja lebih mudah terpengaruh oleh lingkungan negatif dan kurang mampu mengendalikan dorongan-dorongan yang tidak sehat. Hal ini bisa mengarah pada tindakan kenakalan karena tidak adanya kontrol diri yang kuat. Remaja yang tidak mampu menolak tekanan dari teman sebaya untuk mencoba hal-hal negatif dapat dengan mudah terjerumus ke dalam tindakan kriminal atau perilaku merusak lainnya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk mengajarkan keterampilan pertahanan diri dan kontrol diri kepada remaja.
3. Kurangnya Kemampuan Penyesuaian Diri
Kurangnya kemampuan penyesuaian diri adalah ketidakmampuan remaja dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya, yang sering kali menyebabkan mereka merasa terisolasi. Remaja yang kurang bergaul atau tidak mampu menyesuaikan diri dengan norma dan ekspektasi sosial mungkin merasa terpinggirkan. Misalnya, seorang remaja yang mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebayanya mungkin akan terlibat dalam tindakan vandalisme sebagai bentuk ekspresi diri. Selain itu, remaja yang baru pindah ke lingkungan baru dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan cepat juga rentan mengalami perasaan kesepian dan keterasingan. Perasaan isolasi ini bisa mendorong mereka mencari pelarian melalui perilaku menyimpang sebagai cara untuk mendapatkan perhatian atau meredakan rasa frustrasi. Mereka mungkin terlibat dalam kelompok-kelompok yang melakukan tindakan kriminal atau terlibat dalam aktivitas berisiko tinggi lainnya. Penting bagi sekolah dan komunitas untuk menyediakan lingkungan yang inklusif dan mendukung, sehingga remaja dapat merasa diterima dan mampu menyesuaikan diri dengan baik.
4. Kurangnya Dasar-Dasar Keimanan
Kurangnya dasar-dasar keimanan mengacu pada ketidakcukupan dalam nilai-nilai keagamaan yang dipegang oleh remaja. Remaja yang tidak memiliki pemahaman yang kuat tentang nilai-nilai agama atau tidak terlibat dalam kegiatan keagamaan cenderung lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif. Misalnya, remaja yang tidak memiliki ikatan yang kuat dengan nilai-nilai agama mungkin tidak merasa bersalah saat melakukan tindakan tidak etis atau melanggar hukum. Mereka mungkin lebih rentan terhadap tekanan untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan norma-norma sosial. Agama sering dianggap sebagai benteng moral bagi remaja, memberikan panduan dan kontrol diri dalam menghadapi cobaan hidup. Kurangnya dasar keimanan dapat membuat remaja lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif dan melakukan kenakalan karena tidak memiliki landasan moral yang kuat. Keterlibatan dalam kegiatan keagamaan dapat memberikan dukungan sosial dan moral yang penting bagi remaja, membantu mereka mengembangkan nilai-nilai positif dan menghindari perilaku kenakalan.
Dengan memahami faktor-faktor ini, orang tua, pendidik, dan pihak-pihak terkait lainnya dapat lebih efektif dalam mencegah dan menangani kenakalan remaja. Upaya ini bisa dilakukan dengan memberikan dukungan yang diperlukan untuk mengatasi faktor-faktor internal tersebut. Misalnya, menyediakan akses ke layanan kesehatan mental untuk remaja dengan gangguan jiwa, mengajarkan keterampilan sosial dan kontrol diri, serta mendorong keterlibatan dalam kegiatan keagamaan dan komunitas. Selain itu, penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi remaja, di mana mereka dapat berkembang secara positif dan menghindari perilaku kenakalan.
Penulis: Reni Nursakinah
Posting Komentar untuk "Faktor-Faktor Internal Yang Menyebabkan Kenakalan Remaja"